.A Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial.
Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh yang
dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya, yang ada kapanpun orang
tersebut mengatakannya(2) . Peraturan utama dalam merawat pasien
dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak
diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien.
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu
sensasi nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah,
L4-L5 dan L5-S1 (2,4).
B. Etiologi
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu
dari berbagai masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut,
ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang
belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis,
ketidaksamaan panjang tungkai). Penyebab
lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri
punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas,
sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas (2,4)
.
C. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen
system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara
individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami
intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir
tidak terasa bagi orang lain(1,3).
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam
kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial
merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor
nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang
sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh
darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli
serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan
mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari
cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra
system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau
persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P.
Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan
nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai
inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan
dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat(1,3).
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat
memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada
system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari
reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri
terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri(1,3).
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini
kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang
tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat
satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot
paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang
maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh
membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat
penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur
dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung(2,4).
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika
usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat
dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri
punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling
berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi
dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut (2,4).
D. Manifestasi
Klinis
Pasien biasanya engeluh nyeri punngung akut maupun nyeri
punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri,
sifatnya dan penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi
cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai,
kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan
yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan
nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot
paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang
berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan
mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan
telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh
spasme akan menghilang.
Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat
ditemukan. Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri.
Nyeri punggung bawah bisa merupakan anifestasi depresi atau konflik mental atau
reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien
dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga,
variable lingkungan dan situasi kerja (2,4).
E.
Evaluasi
Diagnostik
Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang
mendertita nyeri punggung bawah. Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan
adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis atau scoliosis. Computed
Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari, seperti adanya
lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah
diskus intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang
belakang (2).
F.
Penatalaksanaan
Kebanyakan nyeri
punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan tirah
baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur
dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien
dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi
tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30
derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutu
dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala.
Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang
pasien perlu dirawat untuk penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi.
Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi
memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu
diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi
pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan
panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan
trauma merupakan kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak
dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler karena
ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang
ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat
pembengkakan pada stadium akut.
Obat-obatan mungkin
diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan untuk
memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat
relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri.
Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID),
berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi
respons inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat
gangguan iskemia (2,4).
G.
Pengkajian
Pasien nyeri pungung
dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya (missal lokasi, berat, durasi,
sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang berhubungan). Penjelasan mengenai
bagaimana nyeri timbul dengan tindakan tertentu atau dengan aktifitas dimana
otot yang lemah digunakan secara berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya.
Informasi mengenai pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu
mengidentifikasi area untuk pendidikan kesehatan.
Selama wawancara ini,
perawat dapat melakukan observasi terhadap postur pasien, kelainan posisi dan
cara jalan. Pada pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan tulang belakang, Krista
iliakan dan kesimetrisan bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya
spasme dan nyeri tekan. Pasien dikaji adanya obesitas karena dapay menimbulkan
nyeri punggung bawah (2).
H.
Diagnosa
Keperawatan (2)
1.
Nyeri
b.d masalah muskuloskeletal
2.
Kerusakan
mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
3.
Kurang
pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung
4.
Perubahan
kinerja peran b.d gangguan mobilitas dan nyeri kronik
5.
Gangguan
nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b. d obesitas
I.
Intervensi
dan Implementasi (2)
1.
Meredakan
nyeri
Untuk mengurangi nyeri
perawat dapat menganjurkan tirah baring dan pengubahan posisi yang ditentukan
untuk memperbaiki fleksi lumbal. Pasien diajari untuk mengontrol dan
menyesuaikan nyeri yang dilakukan melalui pernafasan diafragma dan relaksasi
dapat membantu mengurangi tegangan otot yang berperan pada nyeri punggung
bawah. Mengalihkan perhatian pasien dari nyeri dengan aktifitas lain missal
membaca buku, menonton TV maupun dengan imajinasi (membayangkan hal-hal yang
menyenangkan dengan memusatkan perhatian pada hal tersebut).
Masase jaringan lunak
dengan lembut sangat berguna untuk mengurangi spasme otot, memperbaiki
peredaran darah dan mengurangi pembendungan serta mengurangi nyeri. Bila
diberikan obat perawat harus mengkaji respon pasien pada setiap obat.
2.
Memperbaiki
mobilitas fisik
Mobilitas fisik
dipantau melalui pengkajian kontinu. Perawat mengkaji bagaimana pasien bergerak
dan berdiri. Begitu nyeri punggung berkurang, aktifitas perawatan diri boleh
dilakukan dengan regangan yang minimal pada struktur yang cedera. Perubahan
posisi harus dilakukan perlahan dan dibatu bila perlu. Gerakan memutar dan
melenggok perlu dihindari. Pasien didorong untuk berganti-ganti aktifiats
berbaring, duduk dan berjalan-jalan dalam waktu lama. Perawat perlu mendorong
pasien mematuhi program latihan sesuai yang ditetapkan, latihan yang salah
justru tidak efektif.
3.
Meningkatkan
mekanika tubuh yang tepat
Pasien harus diajari bagaimana duduk,
berdiri, berbaring dan mengangkat barang dengan benar.
4.
Pendidikan
kesehatan
Pasien harus diajari bagaimana duduk,
berdiri, berbaring dan mengangkat barang dengan benar
5.
Memperbaiki
kinerja peran
Tanggung jawab yang
berhubungan dengan peran mungkin telah berubah sejak terjadinya nyeri punggung
bawah. Begitu nyeri sembuh, pasien dapat kembali ke tanggung jawab perannya
lagi. Namun bila aktifitas ini berpengaruh terhadap terjadinya nyeri pungung
bawah lagi, mungkin sulit untuk kembali ke tanggung jawab semula tersebut tanpa
menanggung resiko terjadinya nyeri pungggung bawah kronik dengan kecacatan dan
depresi yang diakibatkan.
6.
Mengubah
nutrisi dan penurunan berat badan
Penurunan BB
melalui penyesuaian cara makan dapat mencegah kekambuhan nyeri punggung, dengan
melalui rencana nutrisi yang rasional yang meliputi perubahan kebaisaaan makan
untuk mempertahankan BB yang diinginkan.
J.
Evaluasi
(2)
1.
Mengalami
peredaan nyeri
-
Istirahat
dengan nyaman
-
Mengubah
posisi dengan nyaman
-
Menghindari
ketergantungan obat
2.
Menunjukkan
kembalinya mobilitas fisik
-
Kembali
ke aktifitas secara bertahap
-
Menghindari
posisi yang menyebabkan yang menyebabkan ketidaknyamanan otot
-
Merencanakan
istirahat baring sepanjang hari
3.
Menunjukkan
mekanika tubuh yang memelihara punggung
-
Perbaikan
postur
-
Mengganti
posisi sendiri untuk meminimalkan stress punggung
-
Memperlihatkan
penggunaan mekanika tubuh yang baik
-
Berpartisipasi
dalam program latihan
4.
Kembali
ke tanggung jawab yang berhubungan dengan peran
-
Menggunakan
teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri dengan situasi stress
-
Memperlihatkan
berkurangnya ketergantungan kepada orang lain untuk perawatan diri
-
Kembali
ke pekerjaan bila nyeri punggung telah sembuh
-
Kembali
ke gaya hidup yang produktif penuh
5.
Mencapai
BB yang diinginkan
-
Mengidentifikasi
perlunya penurunan BB
-
Berpartisipasi
dalam pengembangan rencana penurunan BB
-
Setia
dengan program penurunan BB
Daftar Pustaka :
1.
Brunner
& Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
2.
Brunner
& Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
3.
Ruth
F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia,
2000
4.
Wim de
Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar